Penyakit
kanker merupakan penyakit yang menjadi
masalah bagi kebanyakan orang karena kanker ini memang tak memandang siapapun.
Bagi penderita kanker tentu sudah memahami gejala yang dirasakan seperti rasa
nyeri yang bisa datang kapan saja. Rasa nyeri pada kanker diakibatkan karena
adanya penekanan pada saraf ataupun karena efek kemoterapi, pembedahan, ataupun
obat-obatan kimia. Rasa nyeri masih bisa datang, meskipun oleh dokter dianggap
sudah terbebas dari kanker ini.
Rasa nyeri
akibat kanker memiliki tingkat yang berbeda-beda pada setiap penderita
tergantung pada jenis kanker, stadium kanker dan juga rasa peka sipenderita
terhadap rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri pada setiap penyakit tentu dapat
diatasi dengan berbagai penanganan misalnya terapi untuk mengatasi nyeri pada
kanker, semakin dini melakukan penanggulangan maka kesempatan untuk sembuh
pasti lebih besar.
Pada masa sekarang ini, penanganan terhadap penyakit
kanker semakin maju sehingga para pasien dapat ditangani secara optimal. Nyeri
pada kanker yang masih bersifat ringan dapat diterapi menggunakan obat jenis
anti inflamasi nonsteroid dan jika untuk nyeri yang sedang atau berat dapat
diberikan obat golongan narkotik misalnya kodein, morfin, dan banyak lagi
tentunya dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Namun untuk kemoterapi ini dinilai masih kurang layak
dikarenakan dari 14 persen penderita nyeri kanker, nyeri yang diderita tidak
teratasi meskipun telah dikemoterapi, operasi, radiasi ataupun dengan pemberian
obat-obatan. Sehingga untuk mengatasi nyeri diperlukan terapi intervensi yang
dapat ikut serta dalam penyembuhan pada nyeri kanker.
Terapi
intervensi untuk mengatasi nyeri pada kanker.
Sebanyak 20 persen penderita nyeri kanker mempunyai
tingkat respon yang rendah terhadap terapi opioid yang cenderung memiliki
masalah pada efek sampingnya. Dengan menggunakan terapi intervensi dapat
memberi manfaat untuk menghentikan jalur nyeri dari saraf tepi ke otak. Baiknya
lagi pengobatan intervensi ini dapat membatasi kebutuhan serta efek samping terhadap
obat analgesik, apalagi untuk golongan narkotika. Terapi intervensi dibagi
menjadi dua yaitu teknik destruktif dan teknik non destruktif.
1.Teknik
destruktif.
Teknik ini bekerja dengan melakukan perusakan jaringan
saraf, bertujuan untuk memutuskan impuls nyeri secara irreversible. Cara
melakukan teknik ini yaitu dengan pemberian agen farmakologis, radiofrekuensi
atau pembedahan. Untuk agen farmakologis disini
umumnya menggunakan ethanol 50-100% serta phenol 3-12%. Untuk meredakan nyeri
akan dilakukan penyuntikan larutan alkohol yang telah dicampur dengan anestesi
Penyuntikan bahan kimia ini dapat dilakukan secara intratekal yang mampu
menghentikan sinyal nyeri kepada otak. Hal ini dapat mengakibatkan iritasi
serta kerusakan sel saraf.
·
Radiofrekuensi dilakukan dengan
memberikan arus radiofrekuensi 50-500kHz pada jaringan saraf yang akan
menimbulkan panas serta ablasi atau kerusakan yang menghubungkan saraf tepi dan
saraf pusat.
·
Pembedahan ini bertujuan untuk
menghentikan sinyal nyeri dari saraf tepi ke saraf pusat dengan cara memutuskan
jalur yang menghubungkannya.
Teknik ini menggunakan cara penyuntikan atau
penggunaan infus secara terus-menerus yang berisi obat anestesi lokal dengan
atau tanpa steroid. Teknik ini dilakukan pada saraf perifer, lapangan perifer
atau pada sumsum tulang. Pemberian suntikan ini dapat dilakukan secara
terus-menerus melalui kateter atau pompa infus.
·
Teknik non destruktif juga bisa
dilakukan dengan melakukan perangsangan pada sumsum tulang yang dilakukan
dengan menanamkan elektroda secara perkutan didalam rongga epidural setara
daerah spinal yang akan diatasi nyerinya.
·
Neuraxial analgesia, pada teknik
ini akan dilakukan dengan menerapakan tarjet cornu dorsalis sumsum tulang
melalui suntikan secara epidural atau intratekal dengan memasukan obat jenis
opioid dan anestesi lokal.
Nah itu dia tadi beberapa terapi atasi nyeri pada
kanker. Bagi anda yang sedang menjalani berbagai pengobatan kanker tentunya
iniformasi ini dapat menambah pengetahuan bahwa nyeri pada kanker dapat
disembuhkan dengan terapi, meskipun ada
pasien kanker yang memang tidak bisa lepas dari rasa nyeri karena terapi tidak
adekuat dan takut akan efek samping dari obat analgesia.